Selamat datang di Blog BENDULASYIK semoga dapat membantu untuk keperluan anda.
Saya sengaja buat BLOG ini untuk semuanya agar dapat mendownload lagu-lagu koleksi tarling dari saya.
Tarling merupakan kesenian khas dari wilayah pesisir timur laut Jawa Barat (Indramayu-Cirebon dan sekitarnya). Bentuk kesenian ini pada dasarnya adalah pertunjukan musik, namun disertai dengan drama pendek. Nama "tarling" diambil dari singkatan dua alat musik dominan: gitar listrik dan suling. Selain kedua instrumen ini, terdapat pula sejumlah perkusi, saron, kempul, dan gong.
Awal perkembangan tarling tidak jelas. Namun demikian, pada tahun 1950-an musik serupa tarling telah disiarkan oleh RRI Cirebon dalam acara "Irama Kota Udang", dan menjadikannya populer. Pada tahun 1960-an pertunjukan ini sudah dinamakan "tarling" dan mulai masuk unsur-unsur drama.
Semenjak meluasnya popularitas dangdut pada tahun 1980-an, kesenian tarling terdesak. Ini memaksa para seniman tarling memasukkan unsur-unsur dangdut dalam pertunjukan mereka, dan hasil percampuran ini dijuluki tarling-dangdut (atau tarlingdut). Selanjutnya, akibat tuntutan konsumennya sendiri, lagu-lagu tarling dicampur dengan perangkat musik elektronik sehingga terbentuk grup-grup organ tunggal tarling organ. Pada saat ini, tarling klasik sudah sangat jarang dipertunjukkan dan tidak lagi populer.
Sejarah Kesultanan Cirebon
KESULTANAN Cirebon merupakan kesultanan di pantai utara Jawa Barat dan kerajaan Islam pertama di Jawa Barat. Cirebon pada saat sekarang merupakan nama satu wilayah administrasi, ibu kota, dan kota. Nama Cirebon juga melekat pada nama bekas sebuah keresidenan yang meliputi kabupaten-kabupaten Indramayu, Kuningan, Majalengka, dan Cirebon.
Sumber-sumber naskah tentang Cirebon yang disusun oleh para keturunan kesultanan dan para pujangga kraton umumnya berasal dari akhir abad ke-17 sampai awal abad ke-18. Dari sumber naskah setempat, yang dianggap tertua adalah naskah yang ditulis oleh Pangeran Wangsakerta. Selain sumber setempat, terdapat pula sumber-sumber asing. Yang dianggap tertua berasal dari catatan Tome Pires -mengunjungi Cirebon pada tahun 1513-yang berjudul Suma Oriental.
Mengenai nama Cirebon terdapat dua pendapat. Babad setempat, seperti Nagarakertabumi (ditulis oleh Pangeran Wangsakerta), Purwaka Caruban Nagari (ditulis oleh Pangeran Arya Cerbon pada tahun 1720), dan Babad Cirebon (ditulis oleh Ki Martasiah pada akhir abad ke-18) menyebutkan bahwa kota Cirebon berasal dari kata ci dan rebon (udang kecil). Nama tersebut berkaitan dengan kegiatan para nelayan di Muara Jati, Dukuh Pasambangan, yaitu membuat terasi dari udang kecil (rebon). Adapun versi lain yang diambil dari Nagara kertabhumi menyatakan bahwa kata cirebon adalah perkembangan kata caruban yang berasal dari istilah sarumban yang berarti pusat percampuran penduduk.
Di Pasambangan terdapat sebuah pesantren yang bernama Gunung Jati yang dipimpin oleh Syekh Datu Kahfi (Syekh Nurul Jati). Di pesantren inilah Pangeran Walangsungsang (putra raja Pajajaran, Prabu Siliwangi) dan adiknya, Nyai Rara Santang, pertama kali mendapat pendidikan agama Islam.
Pada awal abad ke-16, Cirebon masih di bawah kekuasaan Pakuan Pajajaran. Pangeran Walangsungsang ditempatkan oleh raja Pajajaran sebagai juru labuhan di Cirebon. Ia bergelar Cakrabumi. Setelah cukup kuat, Walangsungsang memproklamasikan kemerdekaan Cirebon dan bergelar Cakrabuana. Ketika pemerintahannya telah kuat, Walangsungsang dan Nyai Rara Santang melaksanakan ibadah haji ke Mekah. Sepulang dari Mekah ia memindahkan pusat kerajaannya ke Lemahwungkuk. Di sanalah kemudian didirikan keraton baru yang dinamakannya Pakungwati.
Sumber-sumber setempat menganggap pendiri Cirebon adalah Walangsungsang, namun orang yang berhasil meningkatkan statusnya menjadi sebuah kesultanan adalah Syarif Hidayatullah yang oleh Babad Cirebon dikatakan identik dengan Sunan Gunung Jati (Wali Songo). Sumber ini juga mengatakan bahwa Sunan Gunung Jati adalah keponakan dan pengganti Pangeran Cakrabuana. Dialah pendiri dinasti raja-raja Cirebon dan kemudian juga Banten.
Setelah Cirebon resmi berdiri sebagai sebuah kerajaan Islam, Sunan Gunung Jati berusaha mempengaruhi kerajaan Pajajaran yang belum menganut agama Islam. Ia mengembangkan agama ke daerah-daerah lain di Jawa Barat.
Setelah Sunan Gunung Jati wafat (menurut Negara kertabumi dan Purwaka Caruban Nagari tahun 1568), dia digantikan oleh cucunya yang terkenal dengan gelar Pangeran Ratu atau Panembahan Ratu. Pada masa pemerintahannya, Cirebon berada di bawah pengaruh Mataram. Kendati demikian, hubungan kedua kesultanan itu selalu berada dalam suasana perdamaian. Kesultanan Cirebon tidak pernah mengadakan perlawanan terhadap Mataram. Pada tahun 1590, raja Mataram , Panembahan Senapati, membantu para pemimpin agama dan raja Cirebon untuk memperkuat tembok yang mengelilingi kota Cirebon. Mataram menganggap raja-raja Cirebon sebagai keturunan orang suci karena Cirebon lebih dahulu menerima Islam. Pada tahun 1636 Panembahan Ratu berkunjung ke Mataram sebagai penghormatan kepada Sultan Agung yang telah menguasai sebagian pulau Jawa.
Panembahan Ratu wafat pada tahun 1650 dan digantikan oleh putranya yang bergelar Panembahan Girilaya. Keutuhan Cirebon sebagai satu kerajaan hanya sampai pada masa Pnembahan Girilaya (1650-1662). Sepeninggalnya, sesuai dengan kehendaknya sendiri, Cirebon diperintah oleh dua putranya, Martawijaya (Panembahan Sepuh) dan Kartawijaya (Panembahan Anom). Panembahan Sepuh memimpin kesultanan Kasepuhan dengan gelar Syamsuddin, sementara Panembahan Anom memimpin Kesultanan Kanoman dengan gelar Badruddin. Saudara mereka, Wangsakerta, mendapat tanah seribu cacah (ukuran tanah sesuai dengan jumlah rumah tangga yang merupakan sumber tenaga).
Perpecahan tersebut menyebabkan kedudukan Kesultanan Cirebon menjadi lemah sehingga pada tahun 1681 kedua kesultanan menjadi proteksi VOC. Bahkan pada waktu Panembahan Sepuh meninggal dunia (1697), terjadi perebutan kekuasaan di antara kedua putranya. Keadaan demikian mengakibatkan kedudukan VOC semakin kokoh. Dalam Perjanjian Kertasura 1705 antara Mataram dan VOC disebutkan bahwa Cirebon berada di bawah pengawasan langsung VOC.
Walaupun demikian kemunduran politik itu ternyata sama sekali tidak mengurangi wibawa Cirebon sebagai pusat keagamaan di Jawa Barat. Peranan historis keagamaan yang dijalankan Sunan Gunung Jati tak pernah hilang dalam kenangan masyarakat. Pendidikan keagamaan di Cirebon terus berkembang. Pada abad ke-17 dan ke-18 di keraton-keraton Cirebon berkembang kegiatan-kegiatan sastra yang sangat memikat perhatian. Hal ini antara lain terbukti dari kegiatan karang-mengarang suluk, nyanyian keagamaan Islam yang bercorak mistik. Di samping itu, pesantren-pesantren yang pada masa awal Islam berkembang di daerah pesisir pulau Jawa hanya bertahan di Cirebon; selebihnya mengalami kemunduran atau pindah ke pedalaman.
Koleksi Tarling Cirebonan 2008 (kalau suka Sedot langsung aja)
- Koleksi Hana Elfariza
- Aja Ngrayu - Duniawati
- Akeh Rabine
- Aman S - Minuman Keras
- Buaya Ngosed - Wulan
- Bandot Jepang
- Bekas Demenan
- Dadang Anesa - Pengen Jerit
- Dian Anic - Salam Kangen
- Dian Anic - Selingkuh
- Disortir Cinta
- Ditinggal Kawin
- Ditolak Cinta
- Elinga - Nenty
- Eman Ning Gantenge - Yanti A.
- Emong Dilelara
- Enak Dewek
- Gambar Watu - Cus Amanda
- Ganas - Lina Paulina
- Geol Bokong - Itty Ashella
- Hana El Fariza.zip
- Hana Sonia.zip
- Ireng-ireng Ganteng
- Istri Simpenan - Duniawati
- Kakang Demen
- Kayak Bli Kuat - Wawan
- Kebo Lanang - Widya Amanada
- Kelingan Wong Tua
- Kenangan Ning Ikan Bakar - Yuyun Regita
- Ketemu Demenan - Itty Ashella
- Ketipu Cinta
- Ketuwon
- Keyungyun
- Kiong Kopong
- Klalen Janji
- Lemes
- Medial
- Mikiri Janji
- Nangapa - Yati Eryati
- Nasibe Badan
- Nunung Alvi.zip
- Njentul Dewekan - Ika Susanti
- Nyoba Cinta - Aas Rolani
- Patrol Baleraja - Tia Permatasari
- Pecel Lele - Aas Rolani
- Pengen Balen Maning
- Pengorbanan
- Pesisir Pantai Pantura
- Pesisir Pondok Bali
- Rumasa
- Sabar Segalane
- Sabrang Ijo
- Sate Kiong
- Segenulan
- Sendal Petal
- Setia Janjine
- Sewu Dadi Siji - Novi Amanda
- Terlanjur
- Wader Pari
- Wong Lanang Lara Atine - Dewi Kirana
Koleksi Tarling Cirebonan 2009 (kalau suka Sruput aja)
- Aja Mundur
- Aja Coba-coba
- Arang Kesanding
- Aja Kesuwen
- Bala Dewa - Wulan
- Bandara Penggung
- Banjar Petung
- Banyu Lan Lenga
- Bendungan Loyang
- Bima Sakti
- Cuma Ning Lambe
- Dawa Usus_se
- Demen Bli Klakon
- Diusir Mertua
- Gadis Majalengka
- Gejog Bumi - Wulan
- Getas Taline
- Godong Pring
- Jangkrik Genggong
- Jagone Alam
- Jail
- Jepati Kuning - Ninih Warisman
- Lanang Perkasa
- Kadal Cawang
- Kalungan Sanca
- Kawin Tua - Yolanda
- Kelingan Wong Tua
- Kesiben
- Keteler Teler
- Ketiban Wulan
- Kiriman Entok - Pendi Gondrong
- Kumis Lele - Maeny Ansory
- Langka Tandingane
- Laler Lanang - Maylina
- Lambe Tomat
- Lanang Kobra - Diana Sastra
- Layang Pegot
- Layung Biru - Wulan
- Lenggarang Lanang
- Luruh Gratisan
- Luruh Jodoh
- Nangis Togog
- Permen Karet
- Salah Kirim
- Terlanjur Sayang
- Wong Lanang Ngedani
- Wis Kudune
- Pelog_1
- Pelog_2
- Pelog_3